06 Mei 2024

RAF, RAAF Reactivate Squadron for F-35 Reprogramming Mission

06 Mei 2024

Reactivate No 80 Squadron at Eglin AFB (all photos: USAF)

EGLIN AIR FORCE BASE, Fla. – The deep blacks, Royal blues and glimmering golds of dress uniforms were on display accompanied by a gunmetal-grey F-35A Lightning II as a backdrop during an old squadron’s reactivation ceremony April 15, 2024.

The Royal Air Force and Royal Australian Air Force reactivated their former unit, No. 80 Squadron, in a reformation ceremony at Eglin.  The new unit, which also includes Royal Navy Sailors, was formerly known as the Australia Canada United Kingdom Reprogramming Laboratory.

Their mission is to provide mission data file programming for the Australian, Canadian, and United Kingdom F-35 variants.  Mission data is information across the electronic landscape that allows the aircraft and aircrew to sense, identify, locate, and counter threats in the electromagnetic spectrum.

The newly reformed squadron is one of many U.S. Air Force and international partners collaborating on the F-35 data mission at Eglin.


“Our success as a squadron isn’t possible without the unwavering support of the U.S. and the plethora of Eglin stakeholders, who will continue to support the squadron and its outstanding capability,” said Cdr. Chris Wilcox, No. 80 Squadron commander.

To mark this rare occasion, both country’s air force chiefs of staff attended the ceremony and inspected their personnel standing in three formations representing the RAF, RN and RAAF.

“Today marks a significant milestone as we come together to commemorate the reforming of not one, but two No. 80 Squadrons at Eglin,” Air Marshal Robert Chipman, RAAF Chief of Air Force.  “The decision to transition the Australia, Canada, and United Kingdom F-35 Reprogramming Laboratory into a squadron holds profound importance. It signifies that the people and the work they do is operationally relevant; it fosters unit identity and pride among our aviators.”


Air Chief Marshal Sir Richard Knighton, RAF Chief of the Air Staff, shared how significant the squadron’s mission is to the country’s air force mission and goals.

"Critical to our success in future air warfare will be the degree to which we can gain and maintain both air superiority and superiority across the electro-magnetic spectrum,” said Knighton “As we consider current vectors in the evolution of warfare, our expert coders and programmers, our digital specialists and data scientists will be just as important, or even more so, than our aircrew.”

For the RAF, the squadron’s name dates to 1917 and World War I.  The unit went inactive in 1969 before reforming this year.  The RAAF’s No. 80 Squadron began in 1943 during World War II and was deactivated in 1946.  The name is now active again 78 years later.

To conclude the ceremony the RAF and RAAF chiefs unveiled the new squadron crests to the crowd.  The crests are distinctive to their country’s service, but both contain the same motto emblazoned at the bottom – Strike True.

The Royal Canadian Air Force will join No. 80 Squadron in July 2024.


TNI AU Bakal Tempatkan Radar Baru di Bombana, Sulawesi Tenggara

06 Mei 2024

Kecamatan Poleang Selatan, Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara (image: GoogleMaps)

Padang Pajjongang Bakal di Jadikan Satuan Radar TNI AU

Bombana, Catatanaktual.id – Padang Pajjongang yang terletak di jalan poros Kecamatan Poleang Selatan, Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara yang merupakan padang rumput luas tempat penggembalaan ternak warga bakal diambil alih TNI AU.

Berdasarkan hasil Rapat Koordinasi (Rakor) antara Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bombana bersama pihak TNI melalui zoom meeting di Aula Kantor Kecamatan Poleang Selatan, Kamis (4/1/2023).

Dalam rapat tersebut dijelaskan bahwa, TNI AU akan menempatkan Satuan Radar di daerah tersebut, sebagai bagian dari upaya meningkatkan keamanan Nasional. Pihak TNI AU juga berkomitmen untuk bekerja sama dengan Pemerintah daerah dalam menjalankan kegiatan tersebut.

Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Bombana, Drs. Man Arfa, menyambut baik kerjasama antara TNI AU dan Pemerintah daerah. Ia menekankan bahwa, pentingnya bersinergi untuk mencapai tujuan bersama. Yakni, meningkatkan keamanan serta kesejahteraan masyarakat setempat.

Padang rumput Poleang Selatan saat ini (photo: DetikSultra)

“Saya atas nama Pemerintah daerah bersama Forkopimda, akan menjembatani untuk menyelesaikan persoalan ini dengan baik. Kami tidak akan abaikan masyarakat yang sudah lama bermukim di sini,” ungkap Man Arfa.

Dalam rapat itu, juga membahas mengenai rencana penerbitan sertifikat tanah bagi masyarakat yang bermukim di lokasi Padang Pajjongang pembahasan itu menjadi salah satu poin penting yang dibahas. Hal ini bertujuan untuk memberikan kepastian hukum kepada masyarakat setempat terkait kepemilikan tanah dan memfasilitasi pengembangan wilayah dengan lebih baik. Selain itu, terkait luas lahan Pajjongang yang akan di jadikan lokasi instalasi alat pemantau keamanan diperkirakan mencapai sekitar 50 – 60 Hektar.

Pemerintah daerah juga mengupayakan dan memfasilitasi pembangunan yang ada, secara Nasional maupun secara regional. Serta, tetap mengedepankan ruang mediasi agar tidak terjadi benturan terkait persoalan ini.

Rapat yang dipimpin Sekda Bombana Drs. Man Arfa, juga diikuti Staf Ahli Angkatan Udara Lanud Haluoleo melalui video conference, Forkopimda Kabupaten Bombana, para Asisten dan Staf Ahli, Camat serta masyarakat setempat.

(Catatan Aktual)

Marcos Jr. Approves Military Procurement ‘Wish List’

06 Mei 2024

Philippine Navy fleet for the year 2028 (image: istimewa)

MANILA, Philippines —  Amid continuing maritime aggression by China, President Marcos has approved a $35-billion budget to modernize the Armed Forces of the Philippines (AFP), with the Philippine Navy getting the largest chunk to strengthen capabilities in the West Philippine Sea (WPS).

The budget will be used to finance various acquisitions enumerated in a lengthy “wish list” submitted by the AFP to the President, and will be spread out over 10 years, Philippine Navy spokesman for the WPS Commodore Roy Vincent Trinidad said yesterday at the Kapihan sa Manila Bay news forum.

“As to the proportion, I would say that the larger chunk goes to the Navy, and then the Air Force, and then the Army, and then the General Headquarters. Because the thrust now is already external. It says there that there are different capabilities that will allow the Philippine Navy to fight across a broad spectrum of warfare,” he said.

Trinidad explained that broad spectrum warfare refers to air, surface, sub-surface and electronic spectrum.

“So our ships or our capabilities, including those on land, should have the capability to fight in the air, on land, on surface, at sea and sub-surface undersea, and of course in the electronic spectrum,” he said.

“The details of this are with the Department of National Defense and they will determine which will be prioritized, where and how will it be acquired and how it will be developed. Will it be bought? Will it be manufactured locally, so that the local labor force can be utilized and the money will be spent here? So we are thankful that the AFP is fully supported,” he added.

Asked if the Philippine Navy is still looking to acquire a submarine, Trinidad did not say if it was included in the wish list but noted that it is still part of the plan.

“The project is still there for undersea warfare capabilities. When you say undersea warfare, there are a lot of components to it, not just a submarine. These include support components that are on the surface like our bases and the training of our personnel,” he said.

Trinidad said the Philippine fleet already has a submarine group, which has sent officers and enlisted personnel locally and abroad for training.

“Modernization will always start in the mind. If our minds are outdated, even if we have new technology we still cannot use those,” he said, adding that they invest in young ensigns, junior officers and lieutenant junior grades.

See full article PhilStar

05 Mei 2024

Inilah Tujuh Pangkalan Udara TNI AU Terbesar dan Terkuat di Indonesia

05 Mei 2024

Kesibukan di salah satu pangkalan udara TNI AU kelas B (photo: Keris)

Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) merupakan salah satu militer Indonesia yang memiliki fungsi untuk menjamin kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI yang bertugas di wilayah udara.

Sebagai ujung tombak pertahanan Indonesia di wilayah udara, tentunya TNI AU dilengkapi oleh berbagai alat tempur seperti pesawat dan helikopter yang ditugaskan di berbagai Pangkalan Udara TNI AU di seluruh Indonesia.

Pangkalan udara atau Lanud sendiri merupakan lapangan terbang dan semua fasilitasnya yang digunakan pihak militer sebagai bagian dari sistem pertahanan.

Di Indonesia sendiri, Lanud yang ada kebanyakan merupakan peninggalan zaman penjajahan Belanda yang kembali dikembangkan.

Tidak hanya digunakan sebagai kebutuhan pertahanan dan perang saja, Lanud juga berguna sebagai tempat angkut udara kemanusiaan (Humanitarian Airlift).

Deretan Pangkalan TNI AU Terbesar di Indonesia
Pangkalan udara TNI AU terbesar di Indonesia tidak hanya diukur dari luas wilayahnya saja. Namun, dapat dilihat juga dari kekuatan yang dapat dilihat dari kelengkapan skadronnya.

Berikut 7 Lanud terbesar di Indonesia yang diambil dari berbagai sumber:

Lanud Halim Perdanakusuma juga dikenal sebagai Bandara Internasional Halim Perdanakusuma ini memiliki luas secara keseluruhan sebesar 1.700 hektar dengan landasan pacu sepanjang 3000 meter.

Pangkalan TNI AU yang sebelumnya bernama Pangkalan Udara Cililitan ini termasuk sebagai Lanud tipe A yang memiliki dua skadron, yakni Skadron Teknik 021 dan Wing Udara 1 yang terdiri dari Skadron Udara 2, Skadron Udara 17, Skadron Udara 31, dan Skadron Udara 45.

Selain itu, salah satu Lanud terbesar di Indonesia yang berada di Jakarta ini ditempati lebih 20 satuan lain TNI/TNI AU termasuk ada disana Markas Komando Operasi TNI AU I, Markas Komando Pendidikan TNI AU, Markas Komando Pertahanan Udara Nasional, dan Rumah Sakit Pusat TNI AU

Terletak di Kota Pekanbaru, Riau, Lanud Roesmin Nurjadin adalah salah satu Pangkalan TNI AU terbesar di Indonesia dan merupakan Lanud terbesar di Sumatera. 

Pangkalan TNI AU yang sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda ini merupakan Pangkalan Udara Militer tipe A yang berada di bawah jajaran Komando Operasi Angkatan Udara I.

Di dalamnya terdapat satuan udara Wing 7 yang meliputi Skadron Udara 12 dan Skadron Udara 16.

Pangkalan TNI AU yang satu ini merupakan salah satu Lanud terbesar di Indonesia dengan luas mencapai 3000 hektar. Namun, baru sekitar 200 hektar saja yang digunakan sebagai kantor dan landasan pacu pesawat.

Lanud Iskandar yang terletak di ibukota Kabupaten Kotawaringin Barat ini termasuk sebagai Lanud tipe C ​​di bawah jajaran Koopsau II. 

Sebagai Lanud tipe C, Pangkalan TNI AU yang satu ini belum memiliki pesawat tempur yang stand-by di dalamnya.

Lanud Sultan Hasanuddin merupakan Pangkalan Udara TNI AU tipe A dalam Jajaran Koopsau II. Letaknya sangat strategis bagi TNI AU, yakni di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.

Salah satu pangkalan TNI AU terbesar di Indonesia ini memiliki Base Ops dengan luas 4047,48 meter persegi yang berfungsi sebagai tempat mengatur flight plan, briefing cuaca, dan briefing penerbangan militer.

Lanud Sultan Hasanuddin termasuk sebagai Lanud tipe A yang membawahi Wing 5. Di dalamnya terdapat dua skadron yakni Skadron Udara 5 dan Skadron Udara 11.

Pangkalan TNI AU terbesar di Indonesia yang selanjutnya adalah Lanud Atang Sendjaja yang terletak di Kecamatan Kemang, Bogor. Lanud ini merupakan Pangkalan Udara Militer tipe A dalam jajaran Koopsau I.

Lanud yang dulunya bernama Pangkalan Udara Semplak ini membawahi Wing 4 yang memiliki beberapa Skadron Udara Helikopter, yakni Skadron Udara 6 yang mengoperasikan helikopter NAS-332 Super Puma dan Skadron Udara 8 yang mengoperasikan helikopter EC 725 Caracal.

Selain itu, Lanud yang hanya memiliki landasan pacu sepanjang 1,4 km ini juga menjadi markas bagi Satuan Udara Pencarian dan Pertolongan yang memiliki tugas untuk melakukan Search and Rescue (SAR).

Lanud Suryadarma sebelumnya bernama Pangkalan TNI AU Kalijati ini pertama kali digunakan oleh Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949. 

Selain itu, Pangkalan Udara Militer tipe A ini merupakan yang tertua di Indonesia dan sudah didirikan sejak masa penjajahan Belanda, tepatnya pada 30 Mei 1914.

Lanud Suryadarma membawahi Skadron Udara 7 yang menggunakan helikopter EC-120 B Colibri. 

Skadron ini sebelumnya ditugaskan di Lanud Atang Sendjaja dan dipindahkan ke Lanud Suryadarma setelah Operasi Boyong 7 pada tahun 1990.

Lanud Supadio yang terletak di Kota Pontianak, Kalimantan Barat ini memiliki dua fungsi kewilayahan, yakni sebagai Komando Operasi Angkatan Udara I untuk komando kewilayahan Indonesia Bagian Barat dan Komando Operasi Angkatan Udara II untuk komando kewilayahan Indonesia Bagian Timur.

Pangkalan TNI AU terbesar di Indonesia yang terakhir ini membawahi Wing 7 yang didalamnya terdapat Skadron Udara 1 dan Skadron Udara 51. 

Skadron Udara 1 sendiri memakai pesawat tempur dengan jenis Hawk 109/209 yang memiliki call sign Elang.

Sedangkan Skadron Udara 51 dilengkapi dengan pesawat UAV berjenis Aerostar yang memiliki tujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengamatan perbatasan.

Lanud Supadio yang sebelumnya bernama Lapangan Terbang Sungai Durian ini termasuk sebagai Pangkalan Udara Militer tipe A. 

Kapal Induk Ketiga China Memulai Uji Coba Laut Perdananya

05 Mei 2024

Fujian, bersiap melakukan uji coba laut perdananya dari Galangan Kapal Jiangnan Shanghai di Shanghai China timur, 1 Mei 2024 (photo: Xinhua)

Kapal induk ketiga China telah memulai uji coba laut perdananya, Kantor Berita Xinhua yang dikendalikan pemerintah mengumumkan dalam laporannya pada tanggal 1 Mei.

Kapal induk, Fujian, meninggalkan Galangan Kapal Jiangnan di Shanghai sekitar pukul 08.00 waktu setempat pada hari pengumuman tersebut. Uji coba ini terutama akan fokus pada pengujian “keandalan dan stabilitas sistem propulsi dan kelistrikan kapal induk”, demikian bunyi laporan Xinhua.

“Sejak diluncurkan pada Juni 2022, Fujian telah menyelesaikan uji coba tambatan, pengerjaan perlengkapan, dan penyesuaian peralatan. Ini telah memenuhi persyaratan teknis untuk uji coba laut,” tambah laporan itu.

Fujian diluncurkan oleh Galangan Kapal Jiangnan pada bulan Juni 2022. Kapal ini dijadwalkan menjadi kapal induk ketiga Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat/People's Liberation Army Navy (PLAN) secara keseluruhan, namun kapal ini merupakan kapal pertama yang dikonfigurasikan untuk lepas landas dengan catapult-assisted take-off but arrested recovery (CATOBAR) untuk operasi pesawat.

Fujian, kapal induk ketiga Tiongkok, saat memulai uji coba laut perdananya pada 1 Mei 2024 (photo: Pu Haiyang)

Video yang beredar di akun media sosial Tiongkok menunjukkan bahwa uji coba sistem ketapel kapal induk dimulai pada bulan November 2023. Video ini menunjukkan kapal induk meluncurkan peralatan yang lebih dikenal sebagai ‘muatan mati/dead loads’ ke dalam air tepat di depan tempat berlabuhnya di Pulau Changxing.

Dua kapal induk pertama Tiongkok, Liaoning dan Shandong, masing-masing dibangun dengan ski-jump dan dikonfigurasikan untuk operasi short take-off but arrested recovery   (STOBAR).

Fujian memiliki panjang keseluruhan sekitar 320 m dan dek penerbangannya memiliki lebar sekitar 80 m pada titik terlebar. Kapal induk ini dilengkapi dengan tiga ketapel elektromagnetik dan satu landasan pacu miring yang dilengkapi kabel penahan.

Selesai Jalani Pemeliharaan Khusus, Hercules A-1327 Kembali Beroperasi

05 Mei 2024

Pesawat C-130 Hercules A-1327 (photos: TNI AU)

Dansathar 15: Pimpin Acara Serah Terima Pesawat C-130 Hercules

TNI AU --  Komandan Satuan Pemeliharaan 15 Letkol Tek Yanwar Nur Maulidi, S.T., M.M., memimpin acara serah terima pesawat C-130 Hercules A-1327 dengan penuh kebanggaan dan profesionalisme. Dalam upacara yang digelar Sathar 15 Kapten Pnb Andy Try menerima pesawat tersebut  yang akan mengoperasikannya.

Pesawat yang telah menjalani perawatan khusus, dikenal dengan nama "Rajawali 27", menjalani proses pemeliharaan intensif di Sathar 15. Proses pemeliharaan tersebut bukanlah tugas yang mudah, namun dengan dedikasi dan kerja keras dari tim pemeliharaan Sathar 15, pesawat tersebut kini siap untuk bertugas dalam misi-misi penting TNI Angkatan Udara.

Dalam sambutannya, Letkol Tek Yanwar Nur Maulidi menekankan pentingnya peran pesawat tersebut dalam mendukung operasional TNI Angkatan Udara. "Rajawali 27 tidak hanya sebuah pesawat angkut saja, tetapi merupalan simbol dari kerja keras dan dedikasi kami dalam menjaga kehandalan akutsista udara kita," ujarnya dengan penuh semangat.

Kepemilikan A-1327 bermula dari tahun 1995 ketika TNI AU mendapatkan hibah tiga unit L-100-30 dari PT Pelita Air Service yang kemudian diberi no registrasi A-1327, A-1328, dan A-1329. Sebelumnya TNI AU juga mendapatkan hibah dua L-100-30 dari PT Merpati Nusantara Airlines yang diberi no registrasi A-1325 dan A-1326 (photo: Sathar 15)

Pesawat C-130 Hercules memiliki peran vital dalam berbagai misi, mulai dari bantuan kemanusiaan hingga operasi militer. Dengan serah terima ini, diharapkan TNI Angkatan Udara dapat meningkatkan kemampuan operasionalnya serta memberikan kontribusi yang lebih besar dalam menjaga kedaulatan dan keamanan negara.

"Kami siap menjaga kehandalan dan kesiapan Rajawali 27 dalam setiap misi yang akan dijalankan. Bersama-sama, kami akan terus mengawal langkah TNI Angkatan Udara menuju masa depan yang lebih baik," tandas Kapten Pnb Andy Try dengan mantap.

Acara serah terima ini bukan hanya sekadar formalitas, tetapi juga momen penting untuk memperkuat solidaritas dan semangat juang seluruh personel TNI Angkatan Udara. Dengan motto "We Make Herky Keep Flying", mereka siap menghadapi setiap tantangan dan menjaga keutuhan serta kehormatan bangsa.

(TNI AU)

04 Mei 2024

KRI Alugoro 405 Lakukan Loading Torpedo Black Shark untuk Latopslagab 2024

04 Mei 2024

Loading torpedo Black Shark ke KRI Alugoro 405 (photo: Satsel Hiu Kencana)

KRI Alugoro 405 melaksanakan Loading Torpedo Black Shark Kepala Latihan dalam rangka Latihan Penembakan Senjata Khusus (Senkhus) yang digabungkan dalam Latihan Operasi Laut Gabungan (Latopslagab) TA 2024.